30 Apr 2013

The Rasul Code


Saat ini sy lagi merenungi cara pertama kali Rasulullah Saw menerima wahyu awal surat Al Alaq dr Jibril As.

Rasul takut saat pertama kali bertemu Jibril. Tubuh beliau menggigil. Berulang kali Beliau Saw berujar, "Aku tak bisa membaca..."

5 ayat awal Al Alaq diterima dlm kondisi takut. Beliau pun menuruni Jabal Nur dari Gua Hira sambil berlari. Sesampai di rumah beliau Saw msh menggigil seraya minta diselimuti oleh istrinya tercinta.

---

Episode di atas pasti Anda sering dengar...
Tp tolong bantu saya menjawab pertanyaan ini...: "Bagaimana cara menghafal yg dilakukan Rasulullah Saw pdhal beliau Saw dlm kondisi takut, berlari terbirit2 dan tubuh menggigil?"

Sdg banyak ummatnya saja dlm kondisi khusyuk dan menyendiri msh susah untuk hafal!!!

Belum lagi, banyak ayat dihafal oleh Rasulullah Saw dan para sahabat saat mereka dlm peperangan spt Uhud, Ahzab, Hunainin, dll.

Mari sy ajak Anda pecahkan misteri besar cara menghafal Rasulullah Saw & para sahabat yg mulia.

Jangan2 selama ini kita sulit menghafal Al Quran sbb kita tidak ikut cara mereka!

Saya menunggu share pemikiran Anda semua, sobat!

Menjadi Hamba Allah Sebenarnya

MENJADI HAMBA ALLAH SEBENARNYA

Pagi itu saya tengah berkeliling sebuah pesantren yang mengagumkan di Kalimantan Timur. Pesantren itu adalah Pesantren Hidayatullah yang terletak di sebuah kawasan bernama Gunung Tembak, Balikpapan. 120 hektar luas pesantren itu dan lebih dari 130 cabang sudah tersebar di dalam maupun luar negeri. Setidaknya itulah info yang saya dapatkan dari beberapa ustadz yang menemani saya saat bersilaturahmi ke sana.

***

"Santri sebanyak ini, berapa biaya yang dikeluarkan setiap bulannya�?" tanya saya kepada Ustadz Ainurrofiq. Beliau menjawab bahwa Alhamdulillah biaya bulanan selalu cukup meskipun banyak dari santri yang tidak sanggup membayar SPP. "Lalu darimana biaya bulanan itu ditutupi�?"kejar saya. "Khan ada Allah!!!" jawab beliau singkat. "Ya, saya mengerti� tapi khan pasti ada jalan keluar yang harus dicari... Begini aja, ada cerita bagus gak dari pesantren ini yang bisa dibagi ke saya?!" tandas saya. Akhirnya ustadz Rofiq (beliau biasa disapa demikian), menceritakan satu kisah yang mengagumkan

***

Waktu itu pernah datang kepala gudang kepada Abdullah Said, pimpinan pertama pesantren. Sang ustadz, kepala gudang pagi itu datang mengadu kepada bapak pimpinan, "Pak, di gudang kini tidak tersisa sebutir beras pun untuk makan santri nanti siang!" Hal itu dilaporkannya pada pukul sekitar jam 8 pagi, padahal makan siang hanya tersisa 4 jam lagi. Dus, santri yang perlu makan jumlahnya adalah ratusan.

Mendengarnya pak kyai menjawab tenang. Ya, inilah sosok hamba Allah yang selalu menyerahkan urusannya kepada Allah. Tidak pernah panik dan selalu tenang! Beliau menukas, "Begini saja, mari kita pergi ke masjid untuk shalat Dhuha!" Sang ustadz kepala gudang mengiyakan ajakan pak kyai. Ustadz kepala gudang tahu benar tabiat kyai yang selalu menyerahkan semua urusan kepada Allah Swt.

Melihat mereka berdua berjalan menuju masjid, rupanya ada beberapa ustadz lain yang mengikuti langkah mereka. Pemandangan segerombolan ustadz dan kyai menarik perhatian beberapa santri dan akhirnya rombongan menuju masjid untuk melaksanakan shalat dhuha pun menjadi banyak.

***

Inilah para hamba Allah yang sebenarnya. Yaitu manusia-manusia shalih yang mengabdikan diri menjadi hamba Allah sesungguhnya, dan mereka semua menjadikan Allah Swt menjadi Tuhan mereka dengan sebenarnya.



Radhitu billahi Rabban.... wa bil islami diinaa... wa bi muhammadin nabiyyan wa rasuulaa...

Maka para hamba Allah itu melakukan shalat dhuha sepuas hati mereka. Ada di antara mereka yang mengerjakan 2, 4, 6, 8 bahkan 12 rakaat. Usai mereka berdiri, rukuk dan sujud dihadapan Allah Sang Penguasa Alam, maka wajah-wajah mereka menengadah. Tangan-tangan mereka terangkat menjulur ke langit. Mereka meminta dengan penuh harap dihadapan Tuhannya.

Allahumma inna hadzhad dhuha'a dhuha'uka wal baha'a baha'uka.....

Aatinii maa ataita min ibaadikas shaalihin...

Ya Allah... sungguh waktu dhuha ini adalah milikMu, dan keagungan adalah kepunyaanmu....

Berikan kepadaku karunia yang pernah Engkau berikan kepada hamba-hambaMu yang shalihin.

Itulah doa Dhuha yang dibacakan oleh para hamba Allah tadi. Kondisi mereka masih berada di tempatnya. Tidak seorang pun beranjak pergi meninggalkan masjid. Meski demikian, rupanya ijabah Allah sudah tiba sebelum doa mereka diselesaikan.

Ya, ijabah Allah mendahului permohonan doa mereka!!!



***

Siapa yang pernah berkunjung ke pesantren Hidayatullah di Gunung Tembak ini akan mendapati bahwa gerbang pesantren terletak di sisi kanan depan masjid. Maka gerbang tidak jauh berjarak dari masjid tempat para hamba Allah tadi berdoa.

Maka di gerbang tersebut ada sebuah truk penuh berisi muatan beras. Ya, beras!!! Beras yang Allah Swt datangkan untuk para hambaNya yang membutuhkan.

Truk itu pun dibongkar muatannya di gudang pesantren. Sambil membongkar para petugas pesantren menanyakan kepada supir truk darimana asal beras ini. Supir truk itu memberi keterangan bahwa kemarin Bulog Kaltim melakukan sidak (inspeksi mendadak) di pasar. Mereka temukan raskin (beras untuk orang miskin) rupanya dijual bebas. Maka beras itu pun disita oleh Bulog. Setelah disita para pejabat Bulog Kaltim mendapati bahwa gudang mereka penuh dan tidak bisa menampung beras sitaan. Maka mereka berpendapat, kalau tidak bisa disimpan lebih baik disumbangkan saja sebelum beras itu rusak. Namun kemana hendak disumbangkan? Maka mereka memutuskan untuk menyalurkan beras itu ke pesantren Hidayatullah saja!!!



Subhanallah...!!! rupanya sebelum pak Kyai Abdullah Said berdoa bersama para ustadz dan santrinya, jauh sebelum itu rupanya Allah Swt sungguh sudah mempersiapkan segala yang hendak diminta oleh para hamba-hamba kesayangannya.

Sungguh ada kenikmatan dan keindahan yang tiada terperi, bila kita menjadi hamba Allah sebenarnya! Tidakkah kita menyadarinya, sobat?!

25 Apr 2013

Kisah Dahsyat Tentang Istri yg Taat kepada Suami


Wahai istri yang penyayang, suami datang kepadamu dengan semua beban persoalan. Ia berharap menjumpai senyuman, ucapan, dan kelembutan darimu. Ia juga berharap engkau dapat meringankan beban hidup yang dipikulnya.
Alangkah berat baginya untuk memikul itu semua tanpa keberadaanmu. Dengarkan dan renungkan kisah ini yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Abu Hurairah Ra dari Nabi Saw dimana Allah mengilhamkan beliau tentang kisah ini seraya bersabda: "Tatkala ada seorang suami bersama istrinya di rumah yang tidak mampu untuk melakukan apapun sebab letih. Maka suatu saat suaminya tiba di rumah dari sebuah perjalanan, ia masuk menemui istrinya dengan perut keroncongan karena ia merasa lapar sekali. Maka ia pun berujar kepada istrinya: "Apakah kau punya sesuatu (untuk dimakan)?" Istrinya berujar: Ya, berbahagialah karena engkau telah mendapatkan rezeki Allah. Lalu suaminya mengejar seraya berkata: "Ayo cepat, carilah kalau-kalau kau punya sesuatu untuk dimakan?" Istrinya menjawab: "Ya, sabarlah sejenak. Kita berharap rahmat Allah." Hingga waktupun berlalu begitu saja, maka sang suami mengatakan: "Ayo berdirilah, carilah mungkin kau punya sesuatu dan bawalah ke sini sebab aku sudah sangat letih." Istrinya menjawab: "Ya, sekarang tungku sudah matang makanannya. Tak usah terburu-buru." Begitu suaminya terdiam sejenak dan si istri mulai berkata pada dirinya sendiri: "Ah... aku mau berdiri dan melihat tungkuku." Begitu ia berdiri dan mendapati tungkunya tiba-tiba penuh dengan rusuk kambing. Maka ia pun segera menumbuk gandum. Lalu ia mengeluarkan yang ada dalam tumbukan tersebut lalu iapun mengeluarkan rusuk kambing yang berada dalam tungku." Abu Hurairah mengisahkan ucapan Rasul: Demi jiwa Abul Qasim (Muhammad Saw) yang berada di tangan-Nya: Kalau wanita tadi mengambil apa yang ada dalam tumbukannya dan belum habis tumbukan tersebut, niscaya ia akan rela menumbuk hingga hari kiamat."
Wahai saudariku yang menjadi istri yang sholehah renungkanlah kisah ini dan perhatikanlah muamalah dan cara bersikap wanita ini yang berasal dari zaman dahulu padahal di rumahnya tidak ada apapun yang dapat dimakan, di jual atau yang berharga. Suaminya baru saja datang dari bepergian, dan memintanya makanan karena sang suami sudah payah dan letih serta kelaparan, namun ia tidak pernah berkeinginan untuk memupus harapan suaminya akan tetapi ia menghidangkan baginya ucapan-ucapan baik nan indah dan memberinya harapan dengan ucapan: "Berbahagialah, sebab engkau telah mendapat rezeki Allah." Pada kali kedua ia berkata: "Bersabarlah sedikit, kita berharap rahmat Allah." Kemudian ia berkata pada dirinya sendiri seraya berharap rezeki dari Tuhannya: "Sekarang makanan dalam tungku sudah matang", padahal ia tahu bahwa di dalam tungku tidak ada apapun akan tetapi ia tidak mampu untuk memupus perasaan suaminya. Maka rezeki Allah pun menghampirinya sebagaimana yang ia harap dan ia percayai sebagai sebuah karamah yang Allah berikan kepada hambanya dan kepada seorang istri yang senantiasa berusaha untuk membuat senang suaminya seraya berharap balasan dari Allah Swt. Dan inilah sabda Nabi Saw seperti yang diriwayatkan oleh Aisyah Ra: "Siapa yang dapat memberikan kebahagiaan kepada penduduk sebuah rumah muslim, maka Allah tidak akan memberikan balasan kepadanya melainkan surga." HR. At Thabrany.

Boleh Kami Numpang Sholat Di Sini...?!



Ubaid adalah seorang pegawai. Belasan tahun sudah ia bekerja di sebuah bank swasta. Orangnya jujur, rajin dan taat beribadah. Agama baginya bukan hanya di masjid dan dinikmati sendiri. Namun agama menurutnya adalah dakwah, berbagi dengan sesama sehingga nilai dan sinarnya dapat dirasakan oleh orang lain.
Ubaid beruntung karena mendapatkan fasilitas KPR dari kantornya. Dua minggu sudah ia mencari-cari rumah yang sesuai dengan plafond kantor dan sesuai pula dengan keinginannya. Allah Swt menunjukkan rumah yang sesuai untuknya di sebuah bilangan di Ciputat - Tangerang, Cirendeu tepatnya.

Ubaid menceritakan kepada istrinya rumah yang baru saja dilihat. Sore itu Ubaid berjanji untuk mengajak istrinya untuk melihatnya sekaligus meminta persetujuan atas rumah yang dimaksud.

Setengah enam sore, Ubaid & istri berangkat dari rumah menuju Cirendeu. Baru separuh jalan, terdengarlah kumandang adzan Maghrib. Mendengarnya, Ubaid berujar kepada istrinya , "Shalat Maghrib kita numpang saja ya di rumah yang mau kita lihat..!" Istrinya pun mengiyakan usul Ubaid.

Ubaid & istri sampai di rumah itu. Pemilik rumah menyambut mereka dengan seulas senyum. Mereka dipersilakan masuk dan duduk di ruang tamu. Dalam pembicaraan yg mereka lakukan, Ubaid & istri mengetahui bahwa ibu pemilik rumah adalah seorang janda usia 50 tahun lebih beranak dua.

"Berapa bu rumah ini mau dijual?" tanya istri Ubaid kepada pemilik rumah. "Saya mau lepas dengan harga 300 juta" sahut pemilik rumah. "Gak boleh kurang?" tandas istri Ubaid.
"Itu juga sudah murah... Kemarin ada yang tawar 260 juta saya gak kasih" jawab pemilik rumah. Mendengarnya Ubaid & istri menjadi paham harga yang diinginkan pemilik rumah, namun plafond dari kantor untuk Ubaid hanya Rp 250 juta. Ubaid & istri saling berpandangan. Budget mereka tidak sesuai dengan harga rumah yg diinginkan.

***
Ubaid melirik jam di pergelangan tangannya. Masya Allah...! Waktu Isya sebentar lagi tiba, padahal Ubaid & istri belum shalat Maghrib... Ubaid lalu berkata kepada pemilik rumah, "Ibu, boleh kami numpang shalat di sini? "Mendengar kalimat itu rona wajah pemilik rumah berubah drastis. Tampak kebingungan & sedikit tegang. Ubaid merasakan hal itu, ia pun meralat kalimatnya, "Kalo gak boleh shalat di sini, masjid yang terdekat dimana ya...?"
Kalimat ini pun menambah kekikukan bagi pemilik rumah, dan ia pun menyergah "Masjid jauh dari sini!!!"

Ubaid pun menjadi bingung atas sikap & jawaban dari pemilik rumah. Dalam hati ia menduga kalau-kalau pemilik rumah bukan seorang muslimah. Namun Ubaid & istrinya harus segera shalat Maghrib, ia pun berujar, "Kalo gak boleh shalat di dalam rumah, bolehkah kami shalat di teras?" Merasa terdesak, pemilik rumah akhirnya mengizinkan. Maka jadilah Ubaid & istrinya shalat Maghrib di teras rumah. Tanpa alas apapun sebagai sejadah mereka.

***

Usai shalat, Ubaid dan istri melanjutkan pembicaraan dengan pemilik rumah. Tidak berlangsung lama, mereka pun berpamitan. Sayang malam itu tidak ada angka yang disetujui oleh mereka, baik oleh Ubaid dan istri ataupun dari pemilik rumah. Masing-masing bertahan dengan harga dan uang yang mereka mau.

"Malam itu akhirnya gak ada angka yang pas buat kita, beliau maunya 300 juta, padahal saya hanya boleh ngambil KPR maksimal Rp250 juta" demikian Ubaid bercerita kepada saya. "Namun pak, aneh sungguh aneh luar biasa.... keesokan paginya, ibu pemilik rumah menelpon ke hp saya!" Ubaid melanjutkan ceritanya. Kalimat terakhir yang ia ucapkan membuat saya bertanya ada apa gerangan.

Ubaid bercerita bahwa pemilik rumah itu bertanya lewat pembicaraan telpon pagi-pagi sekali, "Pak Ubaid, saya nelpon cuma mau tanya, apakah setiap rumah yang hendak bapak beli harus disembahyangin dulu...?!" Saat Ubaid sampaikan kalimat itu, dahi saya berkernyit dan membuat saya berujar, "Maksudnya apa?"

"Itu dia pak..., saya pun menanyakan hal yang sama kepada ibu itu?!" sahut Ubaid. Lalu Ubaid menceritakan bahwa ibu pemilik rumah itu menanyakan kepadanya apakah setiap rumah yang mau dibeli harus dishalatin dulu? "Saya bilang sama ibu tadi bahwa saat itu kami berdua belum shalat Maghrib padahal waktu Isya sudah hampir masuk... jadi apa yang kami lakukan adalah sebuah kewajiban bukannya untuk menentukan rumah itu cocok atau tidak...!" Ubaid menjelaskan kalimat yang ia sampaikan kepada ibu pemilik rumah.
"Tapi pak..., ibu itu berkata bahwa entah kenapa usai saya & istri pulang ia merasa cocok dan menjadi tenang hatinya, makanya pagi itu beliau menelpon ke hp saya" Ubaid menambahkan.

Lebih panjang Ubaid bercerita kepada saya bahwa ibu itu mengaku sudah hampir 30 tahun tidak pernah shalat sejak ia ditinggal oleh suaminya dan harus membesarkan kedua anaknya. Hidupnya panik dan sulit. Ia harus bekerja dan mencari nafkah. Duit dan duit yang ada dalam kepalanya, dia lupa sama sekali untuk menyembah Allah.

"Sekarang, ibu itu tidak kurang 3 kali dalam seminggu pasti menelpon atau berkunjung ke rumah. Dia mau belajar menjadi muslimah lagi katanya" Ubaid menjelaskan kepada saya.
"Rumah itu sudah kami beli darinya. Harganya pun amat menakjubkan...! Jauh dari dugaan kami semula... Kami membelinya dengan harga Rp 220 juta saja!!!" tambah Ubaid. Saya takjub mendengarnya.

"Lebih hebatnya lagi..., sampai sekarang rumah itu baru separuh kami bayar. Bukan karena keinginan kami, tapi keinginan ibu itu!!!" tegas Ubaid. Saya langsung bertanya keheranan , "Kok bisa begitu...?"
"Dia bilang bayar saja sisanya kalau saya sudah merasa puas belajar ibadah kepada pak Ubaid dan keluarga...!" Ubaid menutup kalimatnya sambil tersenyum.

***
Subhanallah.... kisah itu begitu berarti bagi saya yang mendengarnya. Terkadang bila ibadah sudah mewujud dalam akhlak seseorang, maka simpati dari sesama akan terbit dan menyinari kehidupan yang kita jalani. Ternyata, semuanya menjadi makin indah dengan ibadah!!!

Jazakumullah Ubaid atas inspirasinya!
Bobby Herwibowo

Ternyata Umat Islam Itu Kaya

Seorang sahabat bernama Andi, -bukan nama asli-, berkisah bahwa ia pernah bekerja di sebuah perusahaan Yahudi. Ia sudah menjadi manusia yang kaya raya di usianya yang lagi belum mencapai 40 tahun. Lebih dari 200 negara sudah ia sambangi. Semua itu dilakukan demi mencari kekayaan dunia untuknya, dan untuk perusahaannya yang dimiliki orang Yahudi.

Dia bertutur betapa satu sen pun harus dikejar dalam bisnisnya. Kerugian meski hanya satu dollar akan membuat pemilik usaha menjadi panik. Apalagi model krisis global seperti saat ini.
Selalu mencari harta. Mengejar kekayaan dunia. Takut miskin. Itulah yang selalu tertanam dalam benaknya!

Namun dalam sebuah tugasnya di Maroko, Afrika Utara. Andi ini singgah di sebuah perkampungan muslim yang sederhana lagi bersahaja. Sebagai seorang muslim, kehadirannya di kampung itu disambut dengan baik oleh muslim di sana.
Andi dijamu makan dan makanan untuk disantap pun sudah tersaji dihadapan. Namun tidak seorang pun mulai menyantap makanan dan Andi pun belum lagi dipersilakan. Hingga seseorang datang ke dalam ruang makan lalu menyampaikan berita kepada tuan rumah dalam bahasa Arab. Usai itu, Andi pun dipersilakan untuk makan.

Saat menyantap hidangan itu, Andi diberitahu oleh tuan rumah bahwa warga kampung muslim tersebut tidak akan pernah menyantap makanan, selagi mereka belum merasa yakin bahwa di luar sana tidak ada seorang pun yang kelaparan. Warga di dusun tersebut saling berbagi makanan antara satu rumah dengan yang lain. Dan orang yang datang sebelum santap makanan tadi, adalah pembawa kabar bagi tuan rumah yang menyampaikan bahwa ia sudah membagi makanan bagi penduduk kampung yang belum mendapat makanan.

Andi malam itu mendapat pelajaran berharga bahwa berbagi kepada sesama akan membawa ketentraman dan kebahagiaan. Penduduk desa ini mayoritas adalah penduduk miskin, namun mereka bahagia dengan cara berbagi kepada sesama. Inilah pelajaran yang jauh berbeda dari apa yang Andi dapatkan di perusahaan tempat ia bekerja.
Usai dari Maroko, ia ditugaskan untuk terbang ke Cairo, Mesir. Perjalanan bisnis malam itu membawa dirinya untuk menyewa sebuah taksi di sana. Taksi di kota Seribu Menara itu dimiliki oleh perorangan, dan kebanyakan armadanya sudah jelek dan bobrok.
Malam itu Andi membuka pembicaraan dengan sopir taksi Mesir demi memecah kebekuan. "Berapa uang yang kau hasilkan dalam sehari dengan membawa taksi seperti ini?" Andi melempar tanya kepada sopir taksi. Dibenaknya Andi akan membayangkan betapa jauh penghasilan yang akan disebutkan oleh sopir taksi ini dibandingkan penghasilan yang ia dapatkan di perusahaan Yahudi terkenal. "Aku tak membawa taksi ini seharian!" jawab sopir itu dengan bahasa Inggris sekenanya.

"Apakah kamu punya pekerjaan lain di luar sana?" kejar Andi. "Alhamdulillah, aku punya dua pekerjaan yang diberi Allah untukku. Dari pagi hari sampai sore aku bekerja di restoran, malam harinya aku menjadi supir taksi!" sahut sang sopir.
"Apakah hidup di Mesir sudah sedemikian sulit sehingga engkau harus bekerja double dan mencari nafkah sampai malam?" tanya Andi lagi. "Tidak...., hidup di negeri ini amat nikmat sekali! Dari pagi hingga sore aku mencari nafkah untuk diriku dan keluarga dan itu cukup untuk kami..." jelas sang sopir. "Lalu mengapa engkau menjadi sopir taksi?" kejar Andi.
"Saudaraku...., hidup ini hanya sekali. Dan aku ingin hidup yang cuma sekali ini berarti untuk bekalku setelah mati. Maka sudah beberapa lama ini aku membawa taksi agar aku bisa mencari tambahan penghasilan dan kemudian aku sedekahkan kepada mereka yang membutuhkan." jelas sang sopir.

Degg...! kalimat itu terasa bagai kilat menyambar di hati Andi. Betapa hebat niat sopir taksi itu gumamnya. Tak pernah dengan kekayaan yang dimiliki, Andi bercita-cita mulia seperti itu. Tak berani ia meneruskan pembicaraan dengan sopir taksi. Dalam hati Andi bergumam bahwa seluruh harta yang ia cari rupanya belum apa-apa, dibandingkan kekayaan hati yang dimiliki penduduk muslim miskin di Maroko dan supir taksi shalih yang ia temui di Cairo, Mesir ini.

"Rupanya umat Islam lah yang memiliki kekayaan yang hakiki!" gumam Andi.

Rasulullah SAW bersabda, "Siapa di antara kalian di waktu pagi ia merasa aman rumah tangganya, sehat badannya, dan mempunyai persediaan makanan untuk hari itu, maka seolah-olah ia telah mendapatkan kebahagiaan dunia dengan semua kesempurnaannya." HR. Tirmidzi
(Bobby Herwibowo)

Bertahan Dengan Nafkah Halal


Sudah lama tidak merasakan kenyamanan dalam ibadah? Maaf bila pertanyaan ini terasa kurang sopan. Namun sering didapati pada zaman belakangan ini manusia-manusia para hamba Allah yang tiada lagi merasa nikmat bersujud. Tidak hadir hatinya saat menegakkan shalat. Tidak tergugah nuraninya saat berbagi. Tidak khusyuk ketika berdoa. Dan banyak lagi perumpamaan yang semisal.
Bila itu yang dirasakan, maka introspeksilah diri. Apakah ada hal keliru yang pernah kita lakukan. Atau mungkin, periksalah nafkah dan apa yang Anda makan!
Boleh jadi hijab penghalang antara kita dengan Allah Tuhan Yang Disembah saat kita beribadah kepadaNya adalah makanan dan nafkah yang tidak halal yang pernah masuk ke dalam lambung kita.
Dari Ibnu Abbas ra berkata; dibacakan dihadapan Rasulullah SAW ayat ini: "Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi", (QS. 2: 168). Usai mendengarkan ayat ini maka bangkitlah Saad ibnu Waqqas r.a seraya berkata: "Ya Nabiyallah berdoalah kepada Allah agar Dia menjadikanku orang yang dikabulkan doanya!" Maka bersabda Rasulullah SAW: "Ya Saad, baguskanlah makananmu maka engkau akan menjadi orang yang terkabul doanya. Demi Dzat Yang jiwa Muhammad berada di tanganNya, sesungguhnya seorang hamba menelan benda haram ke perutnya, tidak akan terkabul amalnya selama empat puluh hari, dan siapapun dari seorang hamba yang tumbuh dagingnya dari yang haram maka neraka lebih berhak baginya." HR. Thabrani

Hadits di atas menjelaskan kepada kita bahwa doa hanya diijabah bagi orang yang makan dari harta yang halal. Harta syubhat apalagi haram menyebabkan doa dan ibadah terhalang selama 40 hari, dan itu akan menghempaskan dirinya ke dalam jurang neraka. Naudzubillah!!!

Dalam hadits lain, Abu Hurairah r.a meriwayatkan bahwa telah bersabda Rasulullah SAW: "Akan datang kepada manusia suatu zaman yang seseorang tidak perduli apa yang diambilnya dari yang halal atau yang haram". HR. Bukhari

Dan hadits ini belakangan telah terbukti dengan seringnya kita mendengar seseorang yang berseloroh, "Hari gini nyari yang haram aja susah, apalagi yang halal?!"
Ucapan dan kalimat seperti ini meski terkesan bercanda, namun dapat mematikan semangat seorang muslim untuk mengais rezeki halal dalam kehidupan.

Karena itu, amat penting dituntut dari seorang muslim yang mencari nafkah untuk tidak tergoda dengan yang haram. Ketahuilah bahwa karunia Allah Swt yang halal itu tiada berbilang, lalu mengapa mengambil yang haram dan terbatas?
Teruslah bertahan untuk mencari nafkah yang halal, sebab dalam nafkah yang halal terdapat keberkahan dan energi penguat untuk beribadah!


Menghafal Alquran Itu Mudah


 
Allah menurunkan Alquran sebagai petunjuk dan tuntunan hidup manusia. Selama berabad- abad lamanya Alquran tetap terjaga keaslia nya dan tidak ada seorang pun yang mampu mengubahnya walaupun hanya satu ayat. Ini karena Allah yang memberikan jaminan bahwa Dia yang akan menjaga sendiri kemurnian kitab suci yang diturunkannya tersebut.

Rasulullah SAW dan para sahabat menghafal Alquran dengan begitu mudah. Mereka menyimpan ingatan ayat demi ayat, surah demi surah yang begitu banyak. Mereka adalah orang yang pertama kali menghafal, memahami, dan mengamalkan ajaran Alquran selama hidupnya.

Buku ini membahas tentang metode menghafal Alquran yang bernama Kauny Quantum Memory.
Menurut penulis, salah satu teknik yang digunakan adalah baby reading. Teknik ini untuk memudahkan hafalan dan bacaan. Secara sederhana, teknik ini seperti kita mengajarkan kata demi kata kepada anak-anak. Kita tak perlu mengeja atau menjelaskan deretan huruf yang
ada, tetapi langsung mencontohkan bunyi tersebut. Lalu membacanya berulang-ulang agar terekam dalam ingatan.

Ibaratnya, kita mengajarkan anak naik sepeda. Kita tak perlu menjelaskan kepada anak
mana sadel, ban, jari-jari, atau stang. Tak perlu juga kita menjelaskan definisi, makna, serta asal-usul sepeda. Hal yang perlu kita lakukan adalah menyuruh anak naik sepeda, lalu kayuh, dan terus kayuh. Yang terpenting adalah bagai mana sang anak mau berlatih berulang-ulang
hingga bisa mengendarainya dengan senang.

Teknik ini sebenarnya pernah dicontohkan Rasulullah SAW. Rasulullah hanya membaca langsung
rangkaian huruf tanpa mengeja dari ayat yang langsung didengarnya dari Malaikat Jibril. Demikian juga para sahabat, mereka hanya mendengar langsung ayat tersebut berulang-ulang hingga mereka menyerap dan menghafalnya dengan mudah.

Beberapa kelebihan metode Kauny Quantum Memory, antara lain program pelatihannya dijalankan secara profesional, metode pembelajarannya sistematis, mudah, dan cepat, menggunakan metodologi yang berdasarkan riset dan uji coba, menggunakan metode relaksasi untuk menghafal, dan membangkitkan ketajaman panca indera dan kemampuan bawah sadar untuk menghafal. Bagi Anda yang sangat menginginkan bisa menghafal Alquran, metode ini bisa menjadi salah satu pilihan.

Kebanggaan Orang Tua di Dunia & Akhirat




Malam itu saya dan istri sedang mampir di sebuah warung es kelapa di pinggir jalan. Bukan rasa haus yang membuat saya singgah di situ. Apa alasannya,saya sendiri belum mengerti.
Di sana terlihat seorang pria yang tengah duduk menikmati es kelapa. Sedang pemilik warung itu adalah sepasang suami-istri asal Medan yang saya duga dari logat bicara mereka.

Kami berdua memesan es kelapa. Tak lama kami pun menikmatinya sambil berbincang sana-sini menikmati malam yang kami jalani bersama. 

Lalu datanglah seorang bocah berusia 7 tahun kira-kira. Bocah itu mendekati kedua pemilik warung sambil cium tangan. Bocah itu mengenakan peci putih dan baju taqwa. Sepertinya ia baru usai mengaji.

Pria pembeli yang datang sebelum kami membuka tanya, " Itu anak bapak ya?" Pertanyaan itu dibenarkan oleh penjual es kelapa. Pria pembeli lalu menyapa si bocah, "Habis pulang ngaji ya nak?"

Anak itu mengangguk memberi jawab. "Ngajinya sudah sampai surat apa?" tanya pria tadi. "Surat Al Mulk" jawab anak itu singkat. Mendengar jawab bocah itu, saya dan istri mulai tertarik dan pasang telinga. Pada saat yang sama, kedua mata ini mendapati mimik bangga yang tersirat di wajah kedua orang tuanya yang berpofesi sebagai penjual es kelapa. 

Pria tadi melanjutkan tanya, "Apakah kamu hafal surat Al Mulk?" Anak itu menjawab dengan anggukan. "Apakah boleh saya uji hafalanmu?" tanya pria tadi kepada sang bocah. Lagi-lagi si bocah menjawab dengan anggukan.